Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

Posted by Unknown On 16:57
Hikmah maulid nabi
Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW – Perayaan Maulid dibeberapa daerah sudah menjadi tradisi, bahkan ada yang mengarah ke praktik syirik dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at. Sejarah maulid nabi muhammad mungkin bisa menjadi pembuka yang bagus bagi anda yang belum tahu bagaimana sejarahnya.
Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka.
Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan.
Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).
Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu”.
Kebiasaan mengabaikan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata membawa kita kepada kemunduran derajat hidup, maka jika ingin berubah menjadi ummat yang maju dan bermartabat, kita harus merubah kebiasaan kita. 
Kita harus tinggalkan sikap menyepelekan dan mengabaikan uswahtun hasanah Rasulullah SAW. Kita harus bersungguh-sungguh dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengenal dan mengikuti teladan Rosulullah SAW dalam hidup ini.
Kesungguhan kita dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini adalah kunci menuju kehidupan ummat yang lebih maju dan bertartabat di masa yang akan datang.
Imam Ibnu Atho’illah menyatakan : “Janganlah kamu membanggakan warid yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah pepohonan”.
Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.
Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya.
Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, ” dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui.” (Qs. At-Taubah: 103).
Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.

Sumber: membuatblog.web.id

Menguak Kisah Dibalik Valentine’s Day

Posted by Unknown On 14:53
“VMJ” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk virus berbahaya karena keganasan yang dapat menginfeksi al insan tanpa disadari dan memiliki indikasi yang berbeda tiap individunya. Indikasi terparahnya adalah dapat menjadikan seseorang lupa akan dirinya hingga Tuhannya, Na’udzubillah....
Ya, itu adalah “VMJ”, singkatan dari Virus Merah Jambu. Virus yang belakangan ini progress perkembangbiakannya amat cepat, terutama pada tanggal 14 februari yang familiar dengan sebutan hari kasih sayang atau Valentine’s Day.
Valentine’s Day  yang merupakan rangkaian paralel dari eksploitasi cinta, apakah kita semua ummat muslim patut merayakannya?
Berbagai versi menyebutkan tentang asal mula terjadinya Valentine’s Day, namun tidak ada sanad yang jelas, berikut adalah beberapa versi mengenai Valentine’s Day:
1.           Valentine’s day merupakan hari perayaan yang telah diresmikan oleh paus Galasius[Paus Gereja Katholik Roma] sebagai wujud penghormatan kepada Santo Valentine dan sahabatnya Santo Marius karena mereka adalah dua orang pendeta yang memperjuangkan cinta yang kala itu pada masa pemerintahan Raja Claudius II, kaum militer laki-laki dilarang menikah sehingga kedua pastur ini menikahkan sepasang kekasih secara diam-diam. Alhasil karena perbuatan mereka diketahui Raja sehingga mereka dihukum mati. Namun sebelum Valentine dihukum mati, ia sempat menulis surat untuk gadis yang ia cintai, yang bertuliskan “From Your Valentine”.
        Di Romawi kuno, pada tanggal 14 februari merupakan perayaan Dewi Juno(ratu dari dewa-dewi romawi dan diyakini sebagai dewi kaum wanita dan pernikahan). Perayaan itu dilakukan dengan memisahkan laki-laki dan perempuan, kemudian menuliskan nama mereka masing-masing pada selembar kertas dan kaum laki-laki mengambil undian tersebut, dan bila mereka cocok mereka dapat menikah di kemudian harinya.
Dari uraian singkat diatas jelaslah sudah bahwa Valenatine’s Day bukanlah dari Islam melainkan kaum kristiani dari Romawi kuno. Terkait hat itu, kaum ulama mengeluarkan fatwa mengenai perayaan tersebut. Ketiga fatwa itu adalah Fatwa Lajnah Da’imah (Lembaga Fatwa Arab Saudi), Fatwa Lembaga Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi. Berikut adalah kutipan salah satu fatwa yang berkenaan dengan perayaan Valentine’s Day:
Fatwa nomor (21203), tanggal: 23-11-1320H.
“Barangsiapa yang menyerupai satu kaum, maka dia termasuk mereka”. (HR.Abu Dawud dari Abdullah bin Umar).
Hari kasih sayang termasuk diantara perayaan yang disebutkan, sebab ia termasuk diantara perayaan berhala Nashrani. Maka tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hari akhir melakukannya, atau menyetujuinya, atau mengucapkan selamat, namun yang wajib adalah meninggalkannya dan menjauhinya, sebagai wujud menjawab panggilan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’Alaihi Wassalam, dan menjauhkan diri dari berbagai sebab yang mendatangkan kemurkaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan siksaan-Nya. Sebagaimana pula diharamkan atas seorang muslim membantu perayaan tersebut, atau yang lainnya dari berbagai perayaan yang diharamkan, dengan jenis apapun, baik berupa makanan, minuman, menjual, membeli, membuat hadiah, saling berkirim surat, atau pemberitahuan, atau yang lainnya. Sebab itu semua termasuk ke dalam sikap saling tolong menolong di atas dosa dan permusuhan, dan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:  
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS.Al-Maidah:2).
Saudariku, sungguh Islam amat menghargai cinta dan menempatkannya pada posisi yang terhormat, kudus dan sacral. Meskipun demikian, Islam tidaklah menjadikan cinta sebagai komoditas yang murah dan rendahan. Semoga tidak ada keraguan lagi di hati kita mengenai valentine’s day. Allahumma Aamiin
Wallahu’alam bisshawab. 

Sumber: Buletin AL-FATAH

Sosok Luar biasa Khadijah r.a

Posted by Unknown On 21:35 No comments
Pengen tahu bagaimana sosok luar biasa Khadijah binti khuwailid r.a mendampingi Rasulullah SAW tanpa pamrih?
Ikuti KASENSOR(Kajian Senin Sore):
Hari/tanggal : Senin, 7 Februari 2011
Tempat        : Basement Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang
Pukul           : 15.30 WIB
Pemateri      : Ust. Dwi

Murka Ibu Persulit Kematian

Posted by Unknown On 17:48
Oleh: Ust.Drs.H.Muhammad Khusyairi,M.Pd

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS.Al Isra’: 23-24).

Ada tiga macam perintah Allah yang selalu berpasangan, yaitu perintah shalat dan zakat, perintah taat kepada Allah dan Rasulullah, dan perintah bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orang tua. Perintah yang berpasangan itu bagaikan dua sisi mata uang, apabila salah satu sisinya tidak ada, maka tidak lakulah uang itu. Orang yang shalat tetapi tidak membayar zakat, padahal ia sudah wajib zakat, maka ia tidak akan selamat dari siksa neraka. Orang yang taat kepada Allah tetapi tidak taat kepada Rasulullah maka sia-sialah ketaatannya kepada Allah. Orang yang taat kepada Allah, tetapi berani, durhaka, atau tidak peduli kepada orang tuanya maka celakalah ia dunia akhirat.

Kedua ayat di atas memerintahkan dua hal kepada umat manusia, yaitu perintah untuk hanya menyembah Allah dan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua. Untuk menjadi mukmin yang baik seseorang tidak cukup hanya beribadah/menyembah Allah, tetapi juga harus berbuat baik dan tidak menyakiti orang tuanya. Ia harus bersyukur kepada Allah dan juga harus berterima kasih kepada kedua orang tuanya, dengan cara berbakti kepadnya. Di dalam Alqur’an surat Lukman ayat 14 dikemukakan firman Allah “Bersyukurlah kepada-Ku dan berterima kasihlah kepada kedua orang tuamu”. Lebih dari itu, ia juga harus sopan, tawadhu’, sayang, dan mendoakan kedua orang tuanya.

Perintah berbuat baik kepada orang tua disampaikan secara rinci dan sekaligus disertai dengan larangan menyakitinya, mulai larangan yang sangat ringan (mengatakan “ah”) sampai dengan yang berat (membentak orang tua). Di antara kedua larangan tersebut tersirat larangan mengeraskan suara sehingga melebihi suara orang tua, larangan menyala perkataan orang tua, membantah orang tua, dan lain-lain. Hal ini terkandung maksud bahwa berbuat baik kepada orang tua benar-benar harus dilakukan oleh orang yang beriman. Ia juga harus sangat berhati-hati agar jangan sampai menyakitinya.

Secara keseluruhan orang yang beriman dilarang menyakiti orang tuanya baik secara fisik maupun psikis. Pada suatu hari Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabatnya, “Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab: “ibumu”, lalu siapa? Beliau menjawab: “ibumu”, lalu siapa? Beliau menjawab: “ibumu”, lalu siapa? Beliau menjawab, “Bapakmu” (H.R. Bukhori Muslim). Barang siapa menyakiti orang tuanya maka hidupnya akan sengsara, akan sulit proses kematiannya, dan nerakalah tempat yang pantas baginya di akhirat kelak. Hal ini sejalan dengan Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa sempat hidup bersama kedua orang tuanya atau salah satunya, tetapi tidak berbakti kepadanya maka ia masuk neraka”.

Kisah Alqamah 

Disebutkan di dalam kitab Tnbighul Ghafilin, bahwa diriwayatkan oleh Abban dari Anas bin Malik r.a Anas berkata: Pada masa Rasulullah masih hidup, ada seorang pemuda yang bernama Alqamah. Ia adalah orang yang sangat tekun beribadah, sangat banyak sedekahnya. Pada suatu ketika ia jatuh sakit, semakin hari semakin parah sakitnya. Akhirnya, Alqamah berada dalam keadaan kritis(sekarat) yang berkepanjangan. Melihat kondisi yang demikian, istrinya menyuruh seseorang untuk memberitahu Rasulullah mengenai keadaan suaminya.

Setelah diberi tahu utusan tersebut, Rasulullah memerintahkan kepada Bilal bin Rabah, Ali bin Abi Thalib, Salman Al Farisi, dan Ammar bin Yasir untuk melihat dari dekat kondisi Alqamah. Sesampainya dirumah Alqamah mereka berempat menyuruh Alqamah untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah. Namun sayang lisannya tidak mampu mengucapkannya, kendatipun telah dituntun berkali-kali. Oleh karena itu, mereka menyuruh Bilal untuk menemui Rasulullah dan melaporkan kondisi Alqamah.

Mendapat laporan Bilal tersebut, Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya. Apakah Alqamah punya orang tua? Para sahabat menjawab : “Kalau ayahnya sudah wafat, sedangkan ibunya sudah tua”. Rasulullah bersabda:”Wahai Bilal temuilah ibu Alqamah dan sampaikan salam saya, serta katakan kepadanya: sekiranya mampu datang kesini, maka saya menunggu kedatangannya, kalau tidak, maka biarlah ia berada dirumah dan saya akan mengunjunginya”.

Setibanya dirumah ibu Alqamah, Bilal menyampaikan salam dan pesan Rasulullah SAW. Ibu Alqamah berkata: “Saya lebih berhak untuk mengunjungi Rasulullah SAW”. Lalu ia mengambil tongkatnya dan bergegas menuju kediaman Rasulullah SAW. Sesampainya disana, ia sampaikan salam kepada beliau dan beliaupun menjawab salamnya.

Setelah ibu Alqamah duduk di hadapan Rasulullah. Beliaupun bersabda: ”Ceritakan kepadaku, jika ibu dusta, maka akan turun wahyu Allah yang menyatakan kedustaan Ibu kepadaku. Bagaimana keadaan Alqamah?” ia menjawab, “Alqamah adalah anak yang tekun shalat, gemar dan rajin berpuasa, dan suka bersedekah dengan dirham-dirham yang tiada terhitung jumlah dan timbangannya”. Rasulullah bertanya lagi, “Bagaimana hubungan ibu dengan Alqamah?” ia menjawab, “wahai Rasulullah, sesungguhnya ada satu hal yang menyebabkan saya murka kepadanya, yaitu ia mengutamakan dan mentaati istrinya dalam segala hal serta mengabaikan saya”. Rasulullah bersabda, “Kemarahan ibunya menghalangi lisannya mengucapkan syahadat. Kalau begitu wahai Bilal, kumpulkan kayu bakar yang banyak agar saya bisa membakarnya”.

Ibu Alqamah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah anakku, buah hatiku akan Kau bakar dengan api dihadapanku? Bagaimana tega aku menghadapinya?”

Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “ Wahai ibu Alqamah, siksa Allah jauh lebih berat dan lebih kekal, kalau ibu menginginkan Allah mengampuninya maka berikan ridhamu kepadanya! Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tiada guna shalat dan sedekahnya selama engkau sebagai ibunya masih memurkainya”.

Ibu Alqamah lantas mengangkat kedua tangannya seraya berkata, “Ya Rasulullah, Allah telah menyaksikan, demikian juga Engkau Ya Rasulullah serta orang-orang yang hadir disini bahwa saya telah ridha terhadap Alqamah”.

Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, Wahai Bilal berangkatlah Kau ke rumah Alqamah dan pastikan bahwa ia bisa mengucapkan laa ilaaha illallaah, sebab bisa jadi perkataan ibunya tadi tidak sepenuh hati melainkan karena malu kepada Rasulullah!

Maka berangkatlah Bilal menuju rumah Alqamah. Sesampainya di pintu rumah ia mendengar Alqamah mengucapkan laa ilaaha illallah. Ketika sudah berada didalam rumah, Bilal berkata, “Wahai para hadirin, sesungguhnya kemurkaan ibu Alqamah menghalangi lisannya untuk mengucapkan syahadat dan sesunguhnya ridha ibunya memudahkannya mengucapkan syahadat”.

Setelah itu Alqamah meninggal dunia, maka Rasulullah SAW melayatnya dan memerintahkan kepada para sahabat beliau untuk memandikannya dan mengkafaninya. Setelah jenazah Alqamah dishalati dan dikubur. Rasulullah SAW berdiri ditepi kuburan sambil bersabda: “Wahai sekalian sahabat Muhajirin dan Anshar, barang siapa lebih mengutamakan istrinya, daripada ibunya, maka ia dilaknat oleh Allah, seluruh ibadahnya baik yang wajib maupun yang sunnah tidak akan diterima oleh Allah SWT”.

Sumber: Buletin al-Huda

Site search