Murka Ibu Persulit Kematian

Posted by Unknown On 17:48
Oleh: Ust.Drs.H.Muhammad Khusyairi,M.Pd

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS.Al Isra’: 23-24).

Ada tiga macam perintah Allah yang selalu berpasangan, yaitu perintah shalat dan zakat, perintah taat kepada Allah dan Rasulullah, dan perintah bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orang tua. Perintah yang berpasangan itu bagaikan dua sisi mata uang, apabila salah satu sisinya tidak ada, maka tidak lakulah uang itu. Orang yang shalat tetapi tidak membayar zakat, padahal ia sudah wajib zakat, maka ia tidak akan selamat dari siksa neraka. Orang yang taat kepada Allah tetapi tidak taat kepada Rasulullah maka sia-sialah ketaatannya kepada Allah. Orang yang taat kepada Allah, tetapi berani, durhaka, atau tidak peduli kepada orang tuanya maka celakalah ia dunia akhirat.

Kedua ayat di atas memerintahkan dua hal kepada umat manusia, yaitu perintah untuk hanya menyembah Allah dan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua. Untuk menjadi mukmin yang baik seseorang tidak cukup hanya beribadah/menyembah Allah, tetapi juga harus berbuat baik dan tidak menyakiti orang tuanya. Ia harus bersyukur kepada Allah dan juga harus berterima kasih kepada kedua orang tuanya, dengan cara berbakti kepadnya. Di dalam Alqur’an surat Lukman ayat 14 dikemukakan firman Allah “Bersyukurlah kepada-Ku dan berterima kasihlah kepada kedua orang tuamu”. Lebih dari itu, ia juga harus sopan, tawadhu’, sayang, dan mendoakan kedua orang tuanya.

Perintah berbuat baik kepada orang tua disampaikan secara rinci dan sekaligus disertai dengan larangan menyakitinya, mulai larangan yang sangat ringan (mengatakan “ah”) sampai dengan yang berat (membentak orang tua). Di antara kedua larangan tersebut tersirat larangan mengeraskan suara sehingga melebihi suara orang tua, larangan menyala perkataan orang tua, membantah orang tua, dan lain-lain. Hal ini terkandung maksud bahwa berbuat baik kepada orang tua benar-benar harus dilakukan oleh orang yang beriman. Ia juga harus sangat berhati-hati agar jangan sampai menyakitinya.

Secara keseluruhan orang yang beriman dilarang menyakiti orang tuanya baik secara fisik maupun psikis. Pada suatu hari Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabatnya, “Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab: “ibumu”, lalu siapa? Beliau menjawab: “ibumu”, lalu siapa? Beliau menjawab: “ibumu”, lalu siapa? Beliau menjawab, “Bapakmu” (H.R. Bukhori Muslim). Barang siapa menyakiti orang tuanya maka hidupnya akan sengsara, akan sulit proses kematiannya, dan nerakalah tempat yang pantas baginya di akhirat kelak. Hal ini sejalan dengan Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa sempat hidup bersama kedua orang tuanya atau salah satunya, tetapi tidak berbakti kepadanya maka ia masuk neraka”.

Kisah Alqamah 

Disebutkan di dalam kitab Tnbighul Ghafilin, bahwa diriwayatkan oleh Abban dari Anas bin Malik r.a Anas berkata: Pada masa Rasulullah masih hidup, ada seorang pemuda yang bernama Alqamah. Ia adalah orang yang sangat tekun beribadah, sangat banyak sedekahnya. Pada suatu ketika ia jatuh sakit, semakin hari semakin parah sakitnya. Akhirnya, Alqamah berada dalam keadaan kritis(sekarat) yang berkepanjangan. Melihat kondisi yang demikian, istrinya menyuruh seseorang untuk memberitahu Rasulullah mengenai keadaan suaminya.

Setelah diberi tahu utusan tersebut, Rasulullah memerintahkan kepada Bilal bin Rabah, Ali bin Abi Thalib, Salman Al Farisi, dan Ammar bin Yasir untuk melihat dari dekat kondisi Alqamah. Sesampainya dirumah Alqamah mereka berempat menyuruh Alqamah untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah. Namun sayang lisannya tidak mampu mengucapkannya, kendatipun telah dituntun berkali-kali. Oleh karena itu, mereka menyuruh Bilal untuk menemui Rasulullah dan melaporkan kondisi Alqamah.

Mendapat laporan Bilal tersebut, Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya. Apakah Alqamah punya orang tua? Para sahabat menjawab : “Kalau ayahnya sudah wafat, sedangkan ibunya sudah tua”. Rasulullah bersabda:”Wahai Bilal temuilah ibu Alqamah dan sampaikan salam saya, serta katakan kepadanya: sekiranya mampu datang kesini, maka saya menunggu kedatangannya, kalau tidak, maka biarlah ia berada dirumah dan saya akan mengunjunginya”.

Setibanya dirumah ibu Alqamah, Bilal menyampaikan salam dan pesan Rasulullah SAW. Ibu Alqamah berkata: “Saya lebih berhak untuk mengunjungi Rasulullah SAW”. Lalu ia mengambil tongkatnya dan bergegas menuju kediaman Rasulullah SAW. Sesampainya disana, ia sampaikan salam kepada beliau dan beliaupun menjawab salamnya.

Setelah ibu Alqamah duduk di hadapan Rasulullah. Beliaupun bersabda: ”Ceritakan kepadaku, jika ibu dusta, maka akan turun wahyu Allah yang menyatakan kedustaan Ibu kepadaku. Bagaimana keadaan Alqamah?” ia menjawab, “Alqamah adalah anak yang tekun shalat, gemar dan rajin berpuasa, dan suka bersedekah dengan dirham-dirham yang tiada terhitung jumlah dan timbangannya”. Rasulullah bertanya lagi, “Bagaimana hubungan ibu dengan Alqamah?” ia menjawab, “wahai Rasulullah, sesungguhnya ada satu hal yang menyebabkan saya murka kepadanya, yaitu ia mengutamakan dan mentaati istrinya dalam segala hal serta mengabaikan saya”. Rasulullah bersabda, “Kemarahan ibunya menghalangi lisannya mengucapkan syahadat. Kalau begitu wahai Bilal, kumpulkan kayu bakar yang banyak agar saya bisa membakarnya”.

Ibu Alqamah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah anakku, buah hatiku akan Kau bakar dengan api dihadapanku? Bagaimana tega aku menghadapinya?”

Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “ Wahai ibu Alqamah, siksa Allah jauh lebih berat dan lebih kekal, kalau ibu menginginkan Allah mengampuninya maka berikan ridhamu kepadanya! Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tiada guna shalat dan sedekahnya selama engkau sebagai ibunya masih memurkainya”.

Ibu Alqamah lantas mengangkat kedua tangannya seraya berkata, “Ya Rasulullah, Allah telah menyaksikan, demikian juga Engkau Ya Rasulullah serta orang-orang yang hadir disini bahwa saya telah ridha terhadap Alqamah”.

Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, Wahai Bilal berangkatlah Kau ke rumah Alqamah dan pastikan bahwa ia bisa mengucapkan laa ilaaha illallaah, sebab bisa jadi perkataan ibunya tadi tidak sepenuh hati melainkan karena malu kepada Rasulullah!

Maka berangkatlah Bilal menuju rumah Alqamah. Sesampainya di pintu rumah ia mendengar Alqamah mengucapkan laa ilaaha illallah. Ketika sudah berada didalam rumah, Bilal berkata, “Wahai para hadirin, sesungguhnya kemurkaan ibu Alqamah menghalangi lisannya untuk mengucapkan syahadat dan sesunguhnya ridha ibunya memudahkannya mengucapkan syahadat”.

Setelah itu Alqamah meninggal dunia, maka Rasulullah SAW melayatnya dan memerintahkan kepada para sahabat beliau untuk memandikannya dan mengkafaninya. Setelah jenazah Alqamah dishalati dan dikubur. Rasulullah SAW berdiri ditepi kuburan sambil bersabda: “Wahai sekalian sahabat Muhajirin dan Anshar, barang siapa lebih mengutamakan istrinya, daripada ibunya, maka ia dilaknat oleh Allah, seluruh ibadahnya baik yang wajib maupun yang sunnah tidak akan diterima oleh Allah SWT”.

Sumber: Buletin al-Huda

Site search